Sunday 23 October 2016

Her.

                Ketika rasa nyaman menghapiriku, dan membisikanku kata-kata untuk menghampirimu, dan mengatakan, "aku suka kamu". Ya, kalimat diatas, hampir pernah terjadi dalam hidupku. Menyukai lawan jenis merupaan hal yang biasa namun, menyukai lawan jenis, namun yang ku tahu dia adalah sahabat karibku. Hal itu memang pernah terjadi dalam hidupku. Kuakui, hidupku, tak pernah henti-hentinya berhenti untuk membuat masalah, termasuk masalah akan cinta. Aku masih berumur 15 tahun, namun aku sudah mengerti apa itu cinta. Aku pernah merasakannya walau hanya sekejap saja. Semua datang dan berakhir begitu tragis, maaf, cepat. Jujur, sampai saat ini aku belum merasakan apa yang namanya mencintai dan dicintai. Namun, barulah kurasakan hal itu, ketika, aku masuk SMA. Digadang-gadang, masuk SMA adalah hal yang paling menarik dalam hidup sebuah umat manusia. Minggu pertama adalah minggu yang paling menarik, kutemukan orang-orang baru disekitarku, kenalan kesana-kemari. Membosankan. Kudapati diriku, mendapat jatah kelas MIPA 2, digadang-gadang kelas paling "keren". Lagi-lagi bosan, ku pergi dari kelas tersebut, kudapati lorong kelas kosong, dan kumulai untuk berjalan dilorong tersebut. Lorong dimana ketika jam istirahat, seperti pasar yang sedang ramai-ramainya, namun itu jam pelajaran, tak mungkin mereka semua keluar hanya untuk melihatku berjalan melewati lorong tersebut. Mata ku melihat lantai yang kusam, langit langit yang kotor, dan jendela yang usang. Namun, beberapa saat kemudian, kudapati diriku menatap, sebuah wanita, ya wanita, cantik dan jelita, MIPA 6 rupanya. hahah, pojok sekali kelas itu, dekat dengan sebuah Kamar mandi dilorong tersebut. Kulihat wanita tersebut memperhatikan papan tulis warna putih dengan coretan fisika didalamnya, pelajaran fisika mungkin, pikirku begitu, dengan seksama wanita itu, melihat apa yang dilakukan guru itu didepan kelas. Kulihat lagi, namun kali ini berbeda, dengan seksama kulihat wanita itu, mancung hidungnya, putih wajahnya, lonjong mukanya. kaget, diriku kaget ketika dia juga melihatku, 3 detik yang sangat berharga dalam hidupku, kami saling bertatap muka selama 3 detik, meski hanya sekejap, namun sudah kurasakan apa namanya cinta pada pandangan pertama. Dia melihatku, lalu tersenyum padaku, aah, sejuk sekali pada saat itu. lalu dia kembali berkonsentrasi ke pada pelajarannya. Kulihat langit berwarna biru, burung-burung berterbangan kian kesana-kemari. bebas. rasanya bebas, untuk mencintai seseorang. hahah. Kuingat selalu peristiwa itu. Memang sudah banyak orang, kalau hobiku ini adalah membuat sebuah video. Pada waktu itu, ku dapnggil oleh kakak kelas, untuk membantu membuat sebuah video. Tanpa pikir panjang, langsung ku tanyakan " kapan kita bisa mulai membuat ?". "Mulai nanti pulang sekolah kamu bisa nungguin aku di kantin kita ngobrol lagi, pasal ini. " jawab kakak kelas terebut. Semangat kusambut project tersebut. Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Tanda anak-anak akan bergegas kembali kerumah masing-masing. Aku? masih disekolah menunggu kakak kelas yang katanya tadi ingin mengobrol lagi denganku. Kutunggui kakak kalas terbut lama sekali rasanya, sudah lima belas menit ku menunggu dikantin, Pop ice yang kuminum pun tinggal setenggak lagi habis. Bukan kakak kelas yang datang, namun wanita tadi. Iya, wanita tadi yang tersenyum padaku, saat pelajaran Fisika, dia tersenyum masih kuinggat itu. Dia menghampiriku, deg-deg-deg, derapa suara jantungku, terdengar, menandakan aku sendang jatuh cinta. Tepat didepanku dia berhenti, lalu mengulurkan tangannya, " Namaaku Martha," katanya, "salam kenal" sambung dia, " eh, iya, aku Miko, salam kenal juga " jawabku terbata-bata. Lalu dia duduk disampingku. sumpah aku binggung pada saat itu. gugup sekali rasanya. "Kamu kok belum pulang, nungguin siapa ?" tanya dia kepadaku. "Oh, aku ?, aku nungguin kakak kelas, mau ngobrol bikin video tentang sekolahan." jawabku. " Oh, video menarik deh kayaknya. Jadi pengen ikutan. " balas dia. " Mau ikutan, ah tapi maaf aku belum tau, besok kalo aku dah tau aku cari kamu, terus ku ajak kamu. tapi nanti." jawab ku. "hehe iyaa aku tau kok. Eh iya udah makan belum, makan yuk. aku bayarin deh. " tanya dia. " Hehe, maaf aku udah makan, barusan aja.. " jawabku, " oh, yaudah aku duluan aja ya, itu temenku dah manggil aku, bye ! " kata dia. "hehe iya hati-hati. " jawabku, Memang manis, iya manis, kusuka dia bukan dari fisik, tapi dari sikapnya. manis banget. jadi pengen menjadi bagian dari hidupnya deh. kataku dalam hati. Tak lama kemudian, kakak kelas yang kutunggu pun datang, dia meminta maaf, dan kita berbincang bincang hingga petang.

                   "Duh mik, kita butuh, seseorang yang suaranya bagus buat di dub. siapa ya kamu kenal ?" kata kakak kelas. " Oh, gitu, bentar aku kayaknya tau deh, coba aku cari dia dikelas, masih ada engga yak, " jawabku. Bergegas kupergi dari ruang Laboratorium komputer, menuju kelasnya Martha. Setibanya disana, kutamukan dirinya, bersama beberapa kawan-kawannya, " Assalamuallaikum.." kataku sambil memasuki kelas tersebut. " Waalaikum salam" jawab mereka serentak. " Marthanya ada engga yak ?" tanya ku pada mereka. " Tuh Martha, dicari ama Miko " jawab sala seorang dikelas itu. " Mendengar itu, Martha melihatku, dan mulai menghampiriku, denga cara berjalannya yang khas. " Tumben kamu kesini Mik, ada apa ?" tanya Martha. " Hehe iyaa, ini, masih inget project yang aku ceritain sama kamu beberapa hari yang lalu ?, aku ada job buat kamu, nge-dub, bisa engga ?" tanya ku kepadanya. " Duh, aku engga bisa kalo nge-dub, suaraku jelek." Jawabnya dengan pesimis. " Ciaellah, belum apa-apa dah pesimis. coba dulu, nanti pasti bisa. " Jawabku padanya.." Yaudah deh aku nganut kamu " balasnya. Selepas perbincangan itu, kami menuju, lab. Komputer kembali. Kukenalkan Martha kepada kakak kelas. Dari ekspresinya, mungkin dia ada rasa kepada Martha. "Yaudah, Martha coba kamu kesini dulu, terus baca ini dalem hati, sambil diresapi " kata kakak kelas, sambil menyodorkan secarik kertas berisi teks dub yang akan digunakan nanti. " Oh, iya mas makasih " jawab Matha. Martha mulai melakukan apa yang disuruh oleh kakak kelas tadi, membaca dalam hati, dan mulai meresapinya dalam-dalam. "Udah siap Martha ? kalo udah kita bisa mulai percobaan yang pertama. aku sih udah siap ama voice recordernya. " tanya kakak kelas sambil memamerkan Voice recorder miliknya. " Mm, udah ish mas tapi aku engga yakin aku bisa engga. " jawab Martha pesimis. " Udah Martha, kamu pasti bisa " balas ku kepada martha sambil menarik bibirku membentuk senuman hangat. " Hehe iya makasih, Mik. " jawab Martha tersenyum, Kulihat, wajah sinis timbul dari kakak kelas. Kutakpikirkan itu. Martha memulai kalimat pertama denga baik, halus, dan enak didengar. " Indonesia, merupakan gugusan pulau yang terbentang luas, dari sabang hingga merauke....... "  " Cukup, itu lebih dari cukup, bagus banget kamu. Keknya kamu emang ada bakat deh. " Kata kakak kelas. " Hehe, iya mas makasih. " jawab Martha. Aku sendiri hanya tersenyum manis, melihat Martha. "Jadi, gimana mas ? bagus apa engga pilihane aku ?" tanyaku kepada kakak kelas. "Bagus, lumayan bagus, gini aja gimana kalo kita langsung rekaman aja, pake micnya aku, gitu gimana, setuju apa engga ?" tanya kakak kelas tersebut. " Kalo aku sih siap aja, dan yes gitu." jawabku. " Hmm, gimana ya mas, gini aku juga belum siap, jadi kalo rekamannya diganti besook aja gimana ? " tanya Martha. " Hmm, kalo besok juga engga apa apa juga sebenernnya, kan paling engga kita udah bikin suarannya, biar engga keburu-buru. gitu, tapi kalo besok juga engga apa apa sih, bagus juga ide kamu.. " Jawab kakak kelas tersebut.  " Yaudah bener to mas, kalo besok aja, aku juga siap ! " sambungku. " Iya, besok aja, habis pulang sekolah jangan lupa nanti dimarahin guru itu lagi, karna dah nyepelein tugas ini. " kata kakak kelas tersebut. Setelah mendengar jawaban tersebut, Martha dan aku pamit dari Lab. Komputer dan bergegas menuju kelas kita masing masing. Kita mengambil tas yang masih ada dikelas kita masing-masing, lalu kita bertemu lagi dikantin. Kutanyai dia pulang dengan siapa, dia tak tau, kutawarkan diriku untuk mengantarkannya pulang. Namun, dia menolaknnya, dan kuterima itu, aku tau, karena kita masih awal perkenalan belum intinya. Namun, kuyakin suatu saat kupasti bisa mengatarkannya pulang dan bisa mendapatkan hatinya.

                  Hari-hari pun berlalu, kami semakin dekat, dan semakin dekat. Lagipula kita satu anggota pleton inti disekolah kami, jadi kami saling bertemu dan bertgur sapa, bahkan kita sering bertukar cerita apa yang telah kita alami pada hari itu juga. Kuyakin pada saat itu, bahwa dialah orang yang tepat untuk mengisi hatiku. Dekat dan semakin dekat. Dan pada suatu hari juga, terdapat sebuah lomba yang membuat hatiku bahagia, kuajak kakak kelas itu, dan beberapa kawanku, tak lupa Martha yang ku sukai.